Wednesday, August 15, 2007

“bergossip tentang gossip”

“mereka yang pikirannya hebat berbicara tentang gagasan; mereka yang pikirannya biasa-biasa saja bicara tentang kejadian-kejadian; mereka yang pikirannya sederhana bicara tentang orang lain!”
-anymous-

Menurut Kamus, gossip adalah pembicaraan informal, biasanya tidak berdasar dan tidak berguna alias kabar angin (angin=tidak ada, jadi kabar angin=omong kosong). Dahulu kala, gossip berawal dari kata god-sib (sibling), god-parent, orang tua permandian (untuk orang Kristen) yang menunjukkan kedekatan hubungan. Maksudnya, dulu gossip hanya terjadi antara orang-orang yang dekat saja sesama keluarga.
Gossip merupakan senjata pamungkas yang akan mengacaubalaukan suatu sistem. Dapat kita lihat di pasar modal, suka atau tidak suka, isu atau sering disebut gossip merupakan price sensitive information. Dengan begitu gossip bisa menyebabkan masyarakat pemodal mengalami disorientasi, kebingungan, atau kepanikan yang bisa membuat pengambilan keputusan sebuah investasi keliru. (Tesis mahasiswa S-2 FEUI, yang hasilnya menjadi bahan diskusi ilmiah Depatemen IE).
DI sisi lain, gossip merupakan suatu barang yang sangat komersial. Masing-masing stasiun TV berlomba-lomba untuk menayangkan gossip-gossip ter-update . Ada yang menganggap "digosok makin sip". Ketika seorang selebriti sudah terpanah oleh gosip, posisinya bak buah simalakama. Jika diam, bisa ditafsirkan sebagai pembenaran terhadap gosip yang melanda dirinya. Kalau dibantah, persoalan sering malah jadi melebar. Masih ingat dengan gosip yang melanda artis Cut Memey?
Namun, bila kita menelusuri faktor utama penyebabnya gossip, yaitu adanya suatu hambatan jalur informasi formal. Kemudian adanya mistrust antara sesama kita, budaya kita yang “tabuh” berbicara mengenai sesuatu hal yang belum pantas untuk dibicarakan menurut adat ‘timur’. Pada akhirnya menimbulkan gossip spekulasi, yang mungkin merugikan orang-orang di sekitar kita.
Terkadang ada saja orang yang merasa, menyebarkan keburukan tertentu itu perlu untuk memberikan efek jera terhadap seseorang. Supaya orang lain tidak meniru dan mengulangi hal yang sama , atau kalau mau, mencari cara lain yang lebih culas agar nggak ketahuan. Sekalian juga sebagai aji mumpung agar di kenal oleh banyak orang.
Selain itu, gossip bisa menjadi sebuah kebenaran yang tertunda. Melihat kasus artis diatas, dimana pada mulanya dia tidak mengakui pernikahannya dengan seorang pemuda Batak. Namun apa yang terjadi seminggu setelahnya, aibnya terbongkar. Melihat hal-hal semacam ini tentunya ada kecenderungan untuk mempercayai gossip daripada informasi formal yang keluar dari bibir manis aktris tersebut.
Akibatnya timbul suatu pola pemikiran jangka panjang yang lebih mempercayai sebuah gossip, tahap awal krisis kepercayaan. Timbulnya krisis kepercayaan ini tentu sangat berdampak bagi rasa aman dan kepastian seseorang. Tentu saja dengan berbagai rasa tidak aman dan kepastian ini, rasionalitas seseorang terkadang kurang dipakai, adanya gossip ataupun sinyal yang sedikit saja dapat memberikan pengaruh yang sangat besar dalam setiap pengambilan keputusan yang dibuat.
Semua kondisi itu terjadi di tengah masyarakat yang mengalami hambatan dalam mengkomunikasikan unek-uneknya. Hambatan yang menggiring masyarakat mencetuskan unek-uneknya dengan cara-cara yang tidak wajar yang pada dasarnya memungkinkan pelampiasan aspirasi tanpa perlu menanggung risiko seorang diri. Salah satu perwujudan pelampiasan adalah penyebaran gossip.
Gossip juga menjadi berbahaya saat ingatan manusia tidak sempurna. Contohnya, Pernah ikutan permainan bisik-bisik? Itu lho.., 20 orang berjajar. Orang pertama dibisiki satu kalimat panjang. Nah, kalimat itu dibisikkan ke telinga orang kedua. Terus menerus, sampai ke orang terakhir. Dijamin, kalimat pertama sudah berubah 185 derajat di telinga orang terakhir. Jadi, berita yang "sensi" sebaiknya tidak disampaikan bisik-bisik tetapi ditulis aja deh..(kae gue he..he..)
Berdasarkan permainan diatas, berarti ada suatu perbedaan daya analisis seseorang terhadap sebuah masalah. Ini berarti ada suatu perbedaan kemampuan dan pengetahuan. Mungkin bila kita tarik keatas lagi, nalar untuk menyaring sebuah informasi begitu sangat penting. Apakah informasi tersebut valid atau tidak. Berarti daya nalar kritis mempunyai korelasi positif dengan kekritisan terhadap suatu informasi yang diterimanya.
Aliran gossip tak jauh dari gambaran di atas. Kadar kepastian informasi bisa cacat atau bertambah utuh, tergantung “siapa” yang menyebarkannya. Perlu diingat, makin samar beritanya makin mudah juga menyebabkan macam-macam emosi negatif pada orang yang terlibat. Namun Asal ada faktanya, bergunjing itu legal. Tidak melanggar etika dan Tidak bisa dituduh mencemarkan nama baik.
Bila kita telisik lebih jauh bahwa salah satu faktor dominan pencetus gossip adalah keterhambatan informasi sehingga menimbulkan efek domino lainnya. Apa jadinya bila masing-masing dari kita ber-gossip satu dengan yang lain dengan tujuan menjatuhkan seseorang atau membuat sebuah sensasi ataupun hanya sebagai hiburan semata? Bernilai kah? Bermanfaat kah? Berguna kah? Berkomunikasi satu dengan yang lain merupakan suatu hal penting dan mutlak sehingga ada suatu aliran informasi yang sempurna satu dengan yang lain.